Sabtu, 24 Desember 2011

Fenomenologi

1.Pengertian

  • Secara etimologi Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani phenomenon yang memiliki arti sesuatu yang tampak. Yang di dalam bahasa Indonesia disebut gejala.
  • Secara terminologi, Fenomenologi berarti suatu metode deskriptif dan suatu nama untuk suatu ilmu apriori yang berdasarkan metode.
  • Arti luas dari Fenomenologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala atau apa saja yang nampak
  • Sedangkan arti sempitnya, ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada kesadaran manusia
Maka, secara garis besar definisi dari Fenomenologi adalah suatu ilmu dan juga metode yang mempelajari tentang gejala-gejala yang tampak pada kesadaran manusia.
Secara umumnya, enomenologi dipahami sebagai: (1) bidang atau disiplin dalam falsafah, dan (2) sebagai satu gerakan dalam sejarah falsafah.Secara literalnya, fenomenologi adalah kajian tentang fenomene atau "appereance of thing", atau sesuatu sepertimana ia muncul dalam pengalaman kita, atau cara-cara bagaimana kita mengalami sesuatu pengalaman serta makna sesuatu itu dalam pengalaman kita. Fenomenologi mengkaji pengalaman sadar (conscious experience) sebagaimana yang dialami daripada pandangan subjektif atau orang pertama (first person). (http://plato.stanford.edu/entries/phenomenology/, 12 Desember 2007)


2. Sejarah Kemunculan

Secara garis besar, munculnya Fenomenologi yang dicetuskan oleh Husserl dilatarbelakangi oleh beberapa hal yaitu :
  1. adanya krisis ilmu yang terjadi masa itu. pada masa itu Positivisme mendominasi semua bidang keilmuan, dengan pahamnya yang mengagungkan ilmu pengetahuan alam, mengesampingkan dan tidak mengakui segala sesuatu yang tidak bisa ditelaah dengan ilmu alam. Fenomenologi lahir sebagai kritik atas Positivisme, bahwa masyarakat pun bisa dikaji dengan struktur seperti halnya ilmu alam.
  2. Kritik terhadap fenomena noumena Immanuel kant
  3. Para filsuf eksistensialisme dan positifisme dipengaruhi oleh metode pemikiran fenomenologis 


 3. Kritik Terhadap Positivisme


  • Dalam Positivisme, masyarakat dipandang terlalu mekanis
  • Realita yang ada dalam Positivisme terlalu kaku dan empiris
  • Realita dalam Positivisme telah tereduksi oleh bahasa

4. Cara Kerja Fenomenologi





Secara singkat, Fenomenologi membantu Subjek untuk memaknai Objek dipengaruhi oleh tiga aspek yakni ide, budaya dan nilai.

5. Asumsi dasar

"Asumsi dasar dari pendekatan Fenomenologi adalah bahwa manusia dalam berilmu pengetahuan tidak lepas dari pandangan moralnya, baik taraf mengamati, menghimpun data, menganalisis atau pun dalam membuat kesimpulan" (Muhajir 1998)
 Selain itu, asumsi yang mendasari pemikiran Fenomenologi adalah bahwa setiap kepastian itu dipertanyakan.


6. Fenomenologi dalam Tataran Epistemologis

Filsafat Positivisme menuntut perencanaan penelitian yang rinci, konkrit dan terukur dari semua variabel yang akan diteliti berdasarkan kerangka teoritik yang spesifik (penelitian kuantitatif). Sedangkan filsafat Fenomenologi menuntut pemaknaan dibalik realitas, sehingga perlu keterlibatan subjek dengan objek, dan subjek bertindak sebagai instrumen untuk mengungkap makna dibalik suatu realitas menurut pengakuan, pendapat, perasaan dan kemauan dari objeknya (penelitian kualitatif).

7. Fenomenologi  dalam Tataran Axiologis


Filsafat Positivisme memandang kebenaran ilmu hanya terbatas pada kebenaran empirik sensual-logik dan bebas nilai. Sedangkan filsafat Fenomenologi mengakui kebenaran ilmu secara lebih luas, yaitu mengakui kebenaran empirik sensual, kebenaran logik, kebenaran etik dan kebenaran transendental. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh tidak bebas nilai (value free), akan tetapi bermuatan nila (value bond), tergantung padsa aliran etik yang dianutnya, apakah naturalisme, hedonisme, idealisme, vitalisme, theologisme, utilitarianisme atau pandangan filsafat yang lain. 

8. Fenomenologi Edmund Husserl

Fenomenologi dicetuskan oleh filsuf Eropa, Edmund Husserl sebagai reaksi kritik terhadap kelemahan-kelemahan yang ada pada Positivisme yang dicetuskan oleh Auguste Comte. Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan ini, Husserl menawarkan Reduksi yaitu penundaan kesimpulan atas fenomena yang sedang diteliti tanpa memberikan putusan benar atau salahnya terlebih dahulu. Fenomena yang tampak dalam kesadaran peneliti merupakan hal yang benar dialami tanpa dipengaruhi oleh anggapan-anggapan awal peneliti. Penundaan keputusan dilakukan dengan tujuan hal ontologis subjek. Husserl menawarkan 3 reduksi yaitu :
  1. Reduksi Eiditis, menemukan struktur dasar untuk sampai pada yang hakiki. Dalam hal ini yang dilakukan adalah mencari esensi fakta, seperti menjadikan fakta-fakta realitas menjadi esensi atau intisari realitas itu.
  2. Reduksi Fenomenologi, yakni subjek dipandang agar mengetahui subjektifitas transendental. Dimana kita sementara meninggalkan kepada semua sikap keputusan, hanya bersikap diam dan menunda.
  3. Reduksi Transendental, yakni menghilangkan background tradisi dan pengetahuan tentang objek hingga menemukan kesadaran murni objek tersebut. Dimana kita mengolah data yang kita sadari menjadi sebuah gejala yang murni. 
 Dengan mengikuti ketiga reduksi tersebut, seorang peneliti akan sampai kepada hakikat fenomena dari realita yang sedang di amati.
9. Fenomenologi Peter L. Berger


Menurut Peter L. Berger cara kerja Fenomenologi memaknai sebuah objek yang berupa ide, nilai, budaya dan norma yang dilihat sebagai pusat organisasi yang mensosialisasikan maknanya pada masing-masing anggotanya. Cara kerjanya dibagi atas 3 bagian :  Eksternalisasi, yaitu individu mempengaruhi masyarakat karena ia bagian dari masyarakat itu sendiri. Objektifitas, yaitu proses dimana orang-orang dapat menangkap dan memahami realitas, individu memaknakan kembali nilai dalam kelompoknya. Internalisasi, yaitu masyarakat mempengaruhi individu di dalamnya. Peresapan kembali realitas tersebut oleh manusia dan mentransformasikannya sekali lagi dari struktur dunia objektif ke dalam struktur-struktur kesadarn subjektif. Fase eksternalisasi dan objektifasi merupakan pembentukan masyarakat yang disebut sebagai sosialisasi primer, yaitu saat dimana seseorang berusaha mendapatkan dan membangun tempatnya dalam masyarakat. 
10. Fenomenologi Alfred Schutz



11. Kontribusi Fenomenologi terhadap dunia keilmuan


  1. Membimbing ilmuwan untuk memurnikan dan menjernihkan konsep-konsep dan teori-teori untuk dijadikan landasan yang kokoh bagi konsep-konsep dan teori-teori berikutnya
  2. Fenomenologi digunakan sebagai salah satu pendekatan atau metode dalam penelitian kualitatif

12. Kesimpulan

Fenomenologi adalah metode analisa dan aliran filsafat yang berusaha memahami realitas sebagaimana adanya dalam kemurniannya serta telah mengatasi krisis metodologi ilmu pengetahuan, dengan mengembalikan peran subjek yang selama ini dikesampingkan oleh paradigma positivistik-saintik.